Kamis, 11 Juni 2015

Manusia dan Tanggung Jawab

Diposting oleh Unknown di 00.23

      A.      PENGERTIAN TANGGUNG JAWAB

                Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, menggung segala sesuatunya atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya.

                Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atas perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.

                Seorang mahasiswa mempunyai kewajiban belajar. Bila belajar, maka hal itu berarti ia telah memenuhi kewajibannya. Berarti pula ia telah bertanggung jawab atas kewajibannya. Sudah tentu bagaimana kegiatan belajar si mahasiswa, itulah kadar pertanggung jawabannya. Bila pada ujian ia mendapat nilai A, B, atau C itulah kadar pertanggung jawabannya.

                Bila si mahasiswa malas belajar dan ia sadar akan hal itu. Tetapi ia tetap tidak mau belajar dengan alas an capek, segan dan lain-lain. Padahal ia menghadapi ujian. Ini berarti bahwa si mahasiswa tidak memenuhi kewajibannya, berarti pula ia tidak bertanggung jawab.

                Seseorang mau bertanggung jawab karena ada kesadaran atau keinssafan atau pengertian atas segala sesuatu dan akibatnya dan atas kepentingan pihak lain. Timbulnya tanggung jawab itu karena manusia itu hidup bermasyarakat dan hidup dalam lingkungan alam. Manusia tidak boleh berbuat semaunya terhadap manusia lain dan terhadap alam lingkungannya. Manusia menciptakan keseimbangan, keserasian, keselarasan antara sesame manusia dan antara manusia dan lingkungan.

                Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan manuia, bahwa manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. Apabila ia tidak mau bertanggung jawab , maka ada pihak lain yang memaksakan tanggung jawab itu. Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi pihak yang berbuat dan dari sisi kepentingan pihak lain. Dari sisi sipembuat dia harus menyadari akibat perbuatannya itu, dengan demikian ia sendiri pula yang harus memulihkan ke dalam keadaan baik. Dari sisi pihak lain, apabila sipembuat tidak mau bertanggung jawab, pihak lain yang akan memulihkan baik dengan cara indivisual maupun dengan cara kemasyarakatan.

                Apanila dikaji, tanggung jawab itu adaalah keajiban atau beban yang harus dipikul atau dipenuhi sebagai akibat dari perbuatan pihak yang berbuat atau sebagai akibat dari perbuatan pihak lain atau sebagai pengabdian, pengorbanan pada pihak lain. Kewajiban atau beban itu ditujukan untuk  kebaikan pihak yang berbuat sendiri atau pihak lain. Dengan keseimbangan, keserasian, keselarasan antara sesama manusia, antara manusia dan lingkungan, antara manusia dan Tuhan selalu dipelihara dengan baik.

                Tanggung jawab adalah ciri manusia yang beradab (berbudaya). Manusia merasa bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengabdian atau pengirbanannya. Untuk memperoleh atau meningkatkan kesadaran bertanggung jawab perlu ditempuh usaha melalui pendidikan, penyuluhan, keteladanan, dan takwa kepada Tuhan Yang maha Esa.

      B.      MACAM-MACAM TANGGUNG JAWAB

                Manusia itu berjuang memenuhi keperluannya sendiri atau yntuk keperluan pihak lain. Untuk itu ia menghadapi manusia lain dalam masyarakat atau menghadapi lingkungan alam. Dalam usahanya itu manusia juga menyadari bahwa ada kekuatan lain yang ikut memnentukan yaitu kekuasaan Tuhan. Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dibedakan menurut keadaan manusia atau hubungan yang dibuatnya. Atas dasar ini, lalu dikenal beberapa jenis tanggung jawab, yaitu:

a.       Tanggung jawab terhadap diri sendiri

        Tanggung jawab terhadap diri sendiri menurut kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi. Dengan demikian ia dapat memecahkan masalah-masalah kemanusiaan mengenai dirinya sendiri. Menurut sifat dasarnya manusia adalah makhluk bermoral, tetapi manusia juga seorang pribadi. Karena merupakan seorang pribadimaka manusia mempunyai pendapat sendiri, perasaan sendiri dan angan-angan sendiri. Sebagai perwujudan dari pendapat, perasaan dan angan-angan manusia berbuat dan bertindak. Dalam hal ini manusia tidak luput dari kesalahan, kekeliruan, baik yang disengaja maupun tidak.

Contoh:

Rudi membaca sambil berjalan. Meskipun sebentar-sebentar ia melihat jalan, tetapi juga ia lengah dan terperosok ke sebuah lobang. Kakinya terkilir. Ia menyesali dirinya sendiri atas kejadian itu. Ia harus beristirahat dirumah beberap hari. Konsekuensi tinggal di rumah beberap hari merupakan tanggung jawab sendiri atas kelengahannya.

b.      Tanggung jawab terhadap keluarga

        Keluarga merupakan masyarakat kecil. Keluarga terdiri dari suami-istri, ayah-ibu dan anak-anak dan juga orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarganya. Tanggung jawab ii menyangkut nama baik keluarga. Tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan, pendidikan dan kehidupan.

Contoh :

Seorang ibu telah dikaruniai tiga anak kemudian oleh suatu sebab suaminya meninggal dunia, karena ia tidak mempunya pekerjaan/tidak bekerja pada suaminya masih hidup maka demi rasa tanggung jawabnya terhadap keluarga ia melacurkan diri.

Ditinjau dari segi moral hal ini tidak dapat diterima karena melacurkan diri termasuk tindakan berdosa, tetapi dari segi tanggung jawab ia termasuk oarng yang dipuji, karena ddemi rasa tanggung jawabnya terhadap keluarga ia rela berkorban menjadi manusia yang hina dan dikutuk.

c.       Tanggung jawab terhadap masyarakat

        Pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lain, sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk sosial. Karena membutuhkan manusia lain maka ia harus berkomuniskasi dengan manusia lain tersebut. Sehingga dengan demikian manusia di sini merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab seperti anggota masyarakat yang lain agara dapat melangsungkan hidupnya dalam masyarakat tersebut. Wajarlah apabila segala tingkah laku dan perbuatannya harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.

Contoh :

Hanafi terlalu congkak dan sombong, ia mengejek dan menghina pakaian pengantin adat Minangkabau. Ia tidak memakai pakain itu, bahkan penutup kepala yang dikeramatkan pun semula ditolak. Tetapi setelah ada ancaman dari pihak pengiring, terpakassa Hanafi mau memkainya juga. Di dalam peralatan itu hamper-hampir pernikahan dibatalkan, karena timbul perselisihan antara pihak kaum wanita dengan pihak kaum laki-laki. Pangkalnya dari Hanafi juga. Ia berkata pakaina mempelai yang masih sekarang dilazimkan di negerinya yaitu pakaian jadul, disebutnya cara anak komedi Istanbul. Jika ia dipaksa memkai secara itu, sukalah urung sahaja, demikian katanya dengan pendek. Setelah timbul pertengkaran di dalam keluarga pihaknya sendiri akhirnya diterimalah, bahwa ia memakai smoking, yaitu jas hitam, celana hitam dengan berompi dan berdasi putih. Dengan kekerasan ia menolak pakai dester suluk, yaitu pakaian adat Minangkabau. Bertangisan sekalipun perempuan meminta supaya ia jangan menolak tanda keminangkabauan yang satu, yaitu selamaberalat saja. Jika peralatan sudah selesai, bolehlah ia nanti nanti memakai sekehendak hatinya pula. Hanafi tetap menolak kehendak orang tua, ia tidak hendak menutup kepala, karena lebih gila pula daripada anak komedi, bila memakai dester saluki dengan baju smoking dan dasi. Setelah ibunya sendiri hilang sabaranya dan memukul-mukul dada di muka anak yang “terpelajar” itu, barulah Hanafi menurut kehendak orang banya, sambil mengeluh dan teringat akan badannya yang sudah “tergadai”. Untunglah ia menurutkan hal penutup kepala itu, karena sekalian pengantar dan pasumandan (pengiring bangsa perempuan) sudah berkata bahwa mareka tidak sudi mengiringkan “mempelai didong”. Akhirnya hanafi tunduk pula dengan dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, meskipun harus bersitegang dahulu. Sebagai pertanggungjawaban kecongkakan dan kesombonannya itu, Hanafi harus menerima rasa antipasti dari masyarakat Minangkabau yang sangat ketata terhadap adat itu (salah asuhan).

d.      Tanggung jawab kepada Bangsa / Negara

        Suatu kenyataan lagi, bahwa setiap manusia, tiap individu adalah warga Negara suatu Negara. Dalam berpikir, berbuat, bertindak, bertingkah laku manusia terikat oleh norma-norma atau ukuran-ukuran yang dibuat oleh Negara. Manusia tidak dapat berbuat semaunya sendiri. Bila perbuatan manusia itu salah, maka ia harus bertanggung jawab kepada Negara.

Contoh :

1.       Dalam novel jalan taka da ujung karya Muchtar Lubis, Guru Isa yang terkenal sebagai guru yang baik, terpaksa mencuri barang-barang milik sekolah demi rumah tangganya. Perbuatan guru Isa ini harus pula dipertanggungjawabkan kepada pemerintah. Kalau perbuatan itu diketahui ia harus berurusan dengan pihak kepolisian dan pengadilan.

2.       Kumbakarna menolak perintah kakaknya, juga rajanya yaitu rahwana untuk berperang melawan rama, karena kakanya berbuat keburukan. Bukan main Rahwana. Ia membangkit-bangkitkan hutang budi Kumbakarna terhadapa kerajaan Alengka. Kumbakarna menyadari kedudukannya sebagai pengliam perang, karena itu berangkat juga ia ke medan perang menghadapi Rama. Akan tetapi ia maju ke medan perang bukan karena membela kakaknya, melainkan karena rasa tanggung jawabnya sebagai panglima yang harus membela Negara (Ramayana)

e.      Tanggung jawab terhadap Tuhan
                Tuhan menciptakan manusia di bumi ini bukanlah tana tanggung jawab, melainkan untuk mengisi kehidupannya manusia tidak bisa lepas tanggung-jawab langsung kepada Tuhan. Sehingga tindakan manusia tidak bisa lepas dari hukuman-hukuman Tuhan yang dituangkan dlam berbagai kitab suci melalui berbagai macam agama. Pelanggaran dari hukuman-hukuman tersebut akan segera diperingatkan oleh Tuhan dan jika dengan peringatan yang keraspun manusia masih juga tidak menghiraukan perintah-perintah Tuhan berarti mereka meninggalkan tanggung jawab yang seharusnya dilakukan manusia terhadap Tuhan sebagai penciptanya, bahkan untuk memenuhi tanggung jawabnya, manusia perlu pengorbanan.

Contoh :
Seorang biarawati dengan ikhlas tidak menikah selama hidupnya karena dituntut tanggung jawab terhadap Tuhan sesuai dengan hokum-hukum yang ada pada agamanya, hal ini dilakukan agar ia dapat sepenuhnya mengabdikan diri kepada Tuhan demi rasa tanggung jawabnya. Dalam rangka memenuhi tanggung jawab ini  ia berkorban tidak memenuhi kodrat manusia pada umumnya yang seharusnya meneruskan keturunannya, yang sebetulnya juga merupakan sebagai tanggung jawab sebagai mahkluk Tuhan.

      C.      PENGABDIAN DAN PENGORBANAN

                Wujud tanggung jawab juga  berupa pengabdian dan pengorbanan. Pengabdian dan pengorbanan adalah perbuatan baik untuk kepentingan manusia itu sendiri.

a.       Pengabdian

        Pengabdian adalah perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat ataupun tenaga ssebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang, hormat atau satu ikatan dan semua itu dilakukan dengan ikhlas.

        Pengabdian itu pada hakekatnya adalah rasa tanggung jawab. Apabila orang bekerja  keras sehari penuh untuk mencukupi kebutuhan, hal itu berarti mengabdi kepada keluarga.

        Lain halnya jika kita membantu teman dalam kesulitan, mungkin sampai berhari-hari itu bukan pengabdian, tetapi hanya bantuan saja.

        Berikut ini diberikan gambaran, bagaimana orang tua mengabdi kepada putra-putrinya demi kebahagian keluarga mereka.

Sepasang suami istri guru sekolah dasar di sebuah desa. Anaknya cukup banyak, yaitu 6 orang. Untuk dapat memenuhi kebutuhan keluarga besar itu, si ibu tetap bekerja sebagai guru karena tahu bahwa gaji suaminya juga kecil. Si ibu di rumah tidak melepaskan tanggunga jawabnya sebagai ibu rumah tangga, karena memang tidak mampu membayar pembantu.untuk urusan pendidikan di sekolah si bapak yang bertanggung jawab  sedangkan si ibu untuk urusan pendidikan yang bersangkutan dengan rumah tangga. Si bapak membimbing putra putrinya dalam belajar di rumah malam hari, sedangkan siang hari saling dengan praktek biologi seperti menanam sayur, memelihara ternak yang hasilnya dapat langsung dimanfaatkan oleh keluarga. Si ibu mengajar putra-putrinya memasak, mencuci piring, mencuci pakaian dan membersihkan rumah. Anak-anaknya yang mulai besar menjadi semacam asistennya. Setelah anak-anaknya mulai harus sekolah di kota, mereka itu hanya disewakan kamar yang murah dengan harus memasak dan mencuci sendiri yang sudah terlatih baik waktu di desa. Demikianlah kamar  itu makin banyak penghuninya oleh adik-adik yang juga menyusul kakak untuk belajar  di kota. Sekali seminggu untuk mengambil uang dan perbekalan di desa, dan sekali sebulan ayah ibu datang ke kota untuk tetap mengakrabkan mereka sebagai  keluarga, sekaligus mengontrol apakah anak-anaknya menjalankan kewajiban dengan benar. Hal demikian juga dilakukan oleh keluarga itu waktu anak terbesar harus masuk ke perguruan tinggi. Pada waktu si sulung sudah tamat dan bekerja, ia pindah ke tempat kerjanya dan berfungsi sebagai donator terhadap adik-adiknya. Hasilnya seluruh putra-putri keluarga tersebut dapat menamatkan sekolahnya dan menjadi sarjana. Sementara itu si bapak dan ibu bertahan bekerja sebgai guru di desa demi mengabdi kepada putra-putrinya agar dapat menjadi manusia yang hidupnya tidak sesulit dirinya. Waktu mereka sudah pensiun, mereka merasakan bahwa pengabdiannya pada putra-putrinya juga sudah cukup, merekamerasa puas karena mampu membekali putra-putrinya dengan ilmu yang dijadikan kail dalam menepuh kehidupan ini. Orang tua itu tidak mebekali dengan ikan, karena akan cepat habis tanpa bekas!

                Manusia tidak ada dengan sendirinya, tetapi merupakan makhluk ciptaan Tuhan. Sebagai ciptaan tuhas manusia wajib mengabdi kepada Tuhan. Pengabdian berarti penyareahan diri sepenuhnya kepada tuhan, dan itu merupakan perwujudan tanggung jawabnya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
                Pengabdia kepada agama atau kepada tuhhan terasa menonjolnya seperti yang dilakukan oleh para biarawan dan biarawati. Pada umumnya mereka itu adalah orang-orang yang terjun di lading Tuhan karena keasadaran moralnya, karena penggilan Tuhan. Mereka meninggalkan keluarganya dan tidak akan berkeluarga. Sehingga hamper seluruh waktu, pikiran, tenaga maupun kegiatan hanya tercurah untuk memuliakan Tuhan. Dalam agama yang tidak membedakan manusia atas dasar ras ataupun bangsa itu, para biarawan atau biarawati ditempatkan di daerah-daerah yang jauh dan terpencil. Semuanya dilakukan dengan semboyan tugas suci. Selain pada gereja Katolik, pada agama Budha juga dikenal biarawati atau biarawan dengan sebutan biksu dan biksuni dengan cara kehidupan yang tidak jauh berbeda.

                Pengabdia kepada Negara dan bangsa yang juga menyolok antara lain dilakukan oleh pegawai negeri yang bertuga menjaga mercusuar di pulau yang terkecil. Mereka bersama keluarga hidup terpencil dari masyarakat ramai, sementara itu setiap hari tiupan angina kencang dari laut tidak pernah berhenti, apalagi bila terjadi badai. Mereka bersembunyi diri dalam mengabdikan diri demi keselamatan kapal yang lalu lalang. Kesenangan yang dirasakan oleh pegawai negarai di kota tidak dapat dirasakan, mungkin sekali-kali bila mereka memperoleh cuti tahunan. Kesenangan dan kegembiaraan sesame pegawai negari hanya mereka bayangkan secara terang di alam yang demikian sepi. Anak-anak mereka sulit berkembang sebagai makhluk sosial dan terbatas untuk dapat mengembangkan diri akibat terpecilnya tempat tinggalnya. Dengan membandingkan mereka dan kehidupan kawan-kawannya di kota atau di tempat yang lebih enak terasa arti pengorbanan mereka demi keselamatan manusia lain, bangsa dan Negara sendiri. Berapa abnyaklah orang yang mau dan mampu menghayati pengorbanan mereka itu?

b.      Pengorbanan

                Pengorbanan berasal dari kata korban atau kurban yang berarti persembahan, sehingga pengorbanan berarti pemberian untuk menyatakan kebaktian. Dengan demikian pengorbanan yang bersifat kebaktian itu mengandung unsur keikhlasan yang tidak mengandung pamrih. Suatu pemberian yang didasarkan atas kesadaran moral yang tulus ikhlas semata-mata.

                Pengorbanan dalam arti pemberian sebagai tanda kebaktian tanpa pamrih dapat dirasakan bila kita membaca atau mendengarkan khutbah agama. Dari kisah para tokoh agama atau nabi, manusia memperoleh tauladan, bagaiman semestinya wajib berkorban. Berikut ini diberikan dua buah penggambaran.

Pangeran Sidharta Gautama dari Kapilawastu diharapkan oleh ayahnya untuk kemudian menggantikan kedudukannya sebagai raja. Tetapi, Pengeran tersebut lebih tertarik pada kehidupan pertapa untuk memperoleh penerangan agung bagaimana caranya mnusia dapat membebaska dirinya dari sengsara (samsara) melalui pelepasan (mokhsa) dan mencapai kehidupan abadi di sorga (nirvana). Ia mngorbankan kehidupannya yang mewah duniawi dalam istana, ia mengorbankan kepentingan keluarganya, karena memandang bahwa kepentingan umat manusia bodoh (avidya) perlu didahulukan. Usahanya berhasil memperoleh penerangan agung di tempat pertapaan Bodh Gaya, yang kemudian disiarkan kepada umat manusia. Ia rela mengorbankann duniawinya, keluarganya, demi kepentingan umat manusia yang derajatnya lebih tinggi. Ia menjadi seorang Budha yang akhirnya tidak dilahirkan kembali dan menjadi pendiri agama Budha.

                Nabi Ibrahim mendapat perintah dari Allah untuk mengirbankan putra tunggalnya Ismail. Walaupun ia sangat sayang pada putranya tersebut, perintah Allah untuk mengorbankan tetap dipatuhinya. Allah memuji kesetiaan dan besarrnya pengorbanan Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim tidak sampai hati melihat pisaunya dipotongkan ke leher putranya, tetapi ia sudah bertekad setia menjalankan perinntah-Nya. Kemudia terbukti, bahwa putra yang mau dikorbankan kepada Allah sudah berganti dengan biri-biri. Pengorbana yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim kepada Allah lebih tinggi kadarya daripada pengorbanan oleh nabi Ibrahim sekarang yang ditiru oleh umat Islam yang menjalankan ibadah haji di Tanah Suci maupun umat Islam diwilayah lain dengan pengorbanan ternak untuk keperluan fakir miskin pada hari raya Idul Qurban.

                Perbedaan antara pengertian pengabdian dan pengorbanan tidak begitu jelas. Karena adanya pengabdian tantu ada pengorbanan. Antara sesame kawan, sulit dikatakan pengabsian, karena kata pengabdian mengandung mengandung arti lebih rendah tingkatannya. Tetapi untuk kata pengorbanan dapat juga diterapkan kepada sesama teman.

                Pengorbana merupakan akibat dari pengabdian. Pengorbanan dapat merupaka harta benda, pikiran, perasaan, bahkan dapat juga berupa jiwanya, tanpa adanya perjanjian, tanpa ada transaksi, kapan saja diperlukan.

                Pengabdian lebih banyak merujuk kepada perbuatan sedankan pengorbanan lebih banyak merujuk kepada pemberian sesuatu misalnya berupa pikiran, perasaan, tenaga, biaya, waktu. Dalam pengabdian selalu dituntut pengorbanan, tetapi pengorbanan belum tentu menuntut ppengabdian.

                Kesediaan seorang guru sekolah dasar ditempatkan di pelosok terpencil daerah transmigrasi adalah pengabdian yang juga menuntut pengorbanan. Dikatakan pengabdiaan karena ia mengajar di situ tanpa menerima gaji dari pemerintah, tanpa diurus dari pihak berwenang usul pangkatannya, ia hanya bertanggung jawab untuk kemajuan dan kecerdasan masyarakat/bangsanya. Ia hanya mampu menerima penghargaan dan belas kasihan dari masyarakat setempat. Pengorbanan yang ia berikan berupa tenaga, pikiran, waktu unruk kepentingan anak didiknya.

 
Daftar Pustaka
Nugroho, Widyo dkk (1996). MKDU : Ilmu Budaya Dasar. Gunadarma
Gambar : ilmubudayadasarardhi.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar

Pink Bobblehead Bunny
 

My ( Mind + Act + Story ) Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting